Lama Baca 3 Menit

Ternyata Syair Lagu "Indonesia Raya" Pertama Kali Terbit di Koran Buatan Warga Etnis Tionghoa, Sin Po!

17 August 2021, 06:59 WIB

Ternyata Syair Lagu

WR Soepratman di Sin Po - Image from Dari berbagai sumber. Segala keluhan terkait hak cipta silahkan hubungi kami

Jakarta, Bolong.id - Syair "Indonesia Raya" yang menjadi lagu kebangsaan Republik Indonesia ternyata pertama kali dipublikasikan dalam surat kabar Sin Po, koran buatan warga etnis Tionghoa.

Ahli sejarah Indonesia Asvi Warman Adam, dalam buku yang ditulis Ang Yan Goan, syair "Indonesia Raya" dimuat pada 1930-an. Namun, dalam arsip yang diperlihatkan Djoko Utomo sewaktu menjabat Kepala Arsip Nasional RI, syair lagu kebangsaan itu dipublikasikan Sin Po pada terbitan 27 Oktober 1928. Dengan demikian, ada kemungkinan "Indonesia Raya" sudah "dibocorkan" di Sin Po sebelum diperdengarkan melodinya pada saat pengikraran Sumpah Pemuda. Penulis syair "Indonesia Raya" sendiri, WR Supratman, dikenal sebagai wartawan Sin Po sejak 1925.

Dalam artikel "Pers Tionghoa, Sensibilitas Budaya, dan Pamali" yang ditulis Agus Sudibyo di harian Kompas (2001), Sin Po diterbitkan pada Oktober 1910 oleh kalangan muda Tionghoa di Jakarta. Sin Po dikenal sebagai media yang mendukung kaum revolusioner Tiongkok.

Asvi Warman Adam menulis, seorang redaktur Sin Po bernama Ang Yan Goa menjelaskan, koran yang bermula dari mingguan itu sejak awal mempunyai misi mengembangkan nasionalisme Tionghoa. Tak heran, Sin Po akrab dengan Konsulat Jenderal Tiongkok di Batavia. Agus Sudibyo dari Dewan Pers pun sempat menyebutkan bahwa sikap politik Sin Po sempat membuat koran itu terlibat polemik dengan media pribumi. Sin Po dianggap tidak punya kontribusi bagi pergerakan nasional.

Adapun karena aturan pemerintah, nama Sin Po sempat berubah menjadi Pantjawarta pada Oktober 1958 dan berganti lagi menjadi Warta Bhakti pada tahun 1960-an.

Sayangnya, nasib Sin Po berakhir di ambang kelahiran Orde Baru. Karena dianggap simpatisan Partai Komunis Indonesia dan terlibat Gerakan 30 September 1965, koran itu kemudian dilarang terbit sejak 1 Oktober 1965. Kekerasan yang terjadi pasca-G30S 1965 tidak hanya mematikan eksistensi Sin Po. Secara perlahan, perannya dalam pergerakan kebangsaan pun hilang dalam catatan sejarah. (*)

Informasi seputar Tiongkok